Sebut saja aku Marissa. Aku dan mereka berlatarbelakang sama, hanya karena aku dan mereka terlalu sering mendaki, namaku berubah. Cukup ‘Meri’ saja. Sudah terlalu banyak yang berubah dari masa ke masa, bahkan kau juga berubah.
Siapa mengetahui aku terhenyak di pagi hari mencari sepatu but hijau lusuh bergores abu bahkan aku pun tidak familiar menulisnya. Dengan pembungkus tubuh sekedarnya aku berusaha menutup rasa dingin, tak selalu mudah menyenangi profesi yang memang tidak menyenangkan. Aku dan mereka terlalu pagi untuk berangkat. Aku tahu kau beraktifitas di pagi hari juga, namun berbeda. aku dan mereka masih tetap terlalu pagi.
Sekonyong-konyong peralatan sederhana pun telah siap digunakan. Membuat alat yang berkualitas, efisien, atau apapun bukan pekerjaanku, kau dan temanmu lebih tahu. Aku dan mereka hanya ingin mengumpulkan daun-daun itu dengan tidak terlalu lelah, tetapi tetap saja. Kemana kau dan temanmu? Mungkin kalian telah berubah.
Dengan keranjang besar dipundak, aku dan mereka memulai ekspedisi. Sekitar empat jam berkutat dengan daun-daun hijau itu membuatku cukup lelah. Hei.. Ini masih tahap awal, aku dan mereka harus segera bersiap untuk perjalanan panjang, sekitar 14 kilometer ke Goapara. Disana persinggahan terakhir daun-daun ini hingga akhirnya menjadi santap pagimu di pagi hari. Pernah kau cuti untuk menikmatinya? Kurasa tidak, karena aku dan mereka tidak pernah libur memetiknya.
Kendati pun kau sekarang memperhatikan, sangat sedikit. Aku dan mereka akan berharap banyak dari kau dan temanmu. Karena memang aku dan mereka hanya mewakilkan kau dan temanmu itu. Tidak perlu menjumpai aku dan mereka, menyadari bahwa aku dan mereka ada di secangkir teh mu pun kami telah merasa ada. Dan kau mungkin saja belum berubah, ku harap.
—ditulis dari pengalaman kebun teh di Sukabumi, dengan beberapa perubahan

Tidak ada komentar:
Posting Komentar