Sabtu, 31 Desember 2011

-diantara

Sebut saja aku Marissa. Aku dan mereka berlatarbelakang sama, hanya karena aku dan mereka terlalu sering mendaki, namaku berubah. Cukup ‘Meri’ saja. Sudah terlalu banyak yang berubah dari masa ke masa, bahkan kau juga berubah.

Siapa mengetahui aku terhenyak di pagi hari mencari sepatu but hijau lusuh bergores abu bahkan aku pun tidak familiar menulisnya. Dengan pembungkus tubuh sekedarnya aku berusaha menutup rasa dingin, tak selalu mudah menyenangi profesi yang memang tidak menyenangkan. Aku dan mereka terlalu pagi untuk berangkat. Aku tahu kau beraktifitas di pagi hari juga, namun berbeda. aku dan mereka masih tetap terlalu pagi.

Sekonyong-konyong peralatan sederhana pun telah siap digunakan. Membuat alat yang berkualitas, efisien, atau apapun bukan pekerjaanku, kau dan temanmu lebih tahu. Aku dan mereka hanya ingin mengumpulkan daun-daun itu dengan tidak terlalu lelah, tetapi tetap saja. Kemana kau dan temanmu? Mungkin kalian telah berubah.

Dengan keranjang besar dipundak, aku dan mereka memulai ekspedisi. Sekitar empat jam berkutat dengan daun-daun hijau itu membuatku cukup lelah. Hei.. Ini masih tahap awal, aku dan mereka harus segera bersiap untuk perjalanan panjang, sekitar 14 kilometer ke Goapara. Disana persinggahan terakhir daun-daun ini hingga akhirnya menjadi santap pagimu di pagi hari. Pernah kau cuti untuk menikmatinya? Kurasa tidak, karena aku dan mereka tidak pernah libur memetiknya.

Kendati pun kau sekarang memperhatikan, sangat sedikit. Aku dan mereka akan berharap banyak dari kau dan temanmu. Karena memang aku dan mereka hanya mewakilkan kau dan temanmu itu. Tidak perlu menjumpai aku dan mereka, menyadari bahwa aku dan mereka ada di secangkir teh mu pun kami telah merasa ada. Dan kau mungkin saja belum berubah, ku harap.


—ditulis dari pengalaman kebun teh di Sukabumi, dengan beberapa perubahan

Jumat, 10 Juni 2011

@ dia

Aku sedang menjejalkan tubuhku ditumpukan baja ini.
Hmm.
Dia tak bersahabat.
Dingin sekali disini, seperti tumpukan salju saja.
Kalau bukan karena dia, mana mungkin aku meramahkan diri seperti ini. Besi yang diruncingkan ini pun sudah membuatku seram.
Tapi aku menyukai dia. Cahaya, cahaya, cahaya, dan cahaya itu cantik. Tak ada alasan untuk tidak menyukainya. Mungkin dia hanya kelebihan cahaya.
Dan itu cukup meredamku disini.
yaa, tepat ditengah angin beku terkutuk ini.
21:59 @b

Sabtu, 01 Januari 2011

#sedikit.kekhawatiran

kuraih benda itu, hp maksudku.
Tak ada pesan?? Gumamku.
Aku berusaha mengatur lekuk wajah cerminkan bahwa aku baikbaik saja.
Tetap ada lipatan nakal condong beberama mili kedepan.
Dan mulutku pun cemberut.
Yasudalah, pikirku.
Mungkin dia sibuk menata tubuhnya akibat cerita kemarin. ya.. dia sedang beristirahat, tak perlu ku temani dia sudah besar.
Aku harus belajar mematri dugaan baik, membiasakan diri berpikir bahwa ia baikbaik saja.
ya.. Ia baikbaik saja.

.:. coretanku temanimu .:.

setiap kata yang kurangkai tak lebih sekedar memaksamu untuk tersenyum..
aku ada ditatapan pertamamu, jauh sebelum kau terpikir ingin menatap apa.
Aku yang bersemayam dijiwamu, hingga kutaruh detik nafasku mengikuti detakan jantungmu.
Dan kaulah yang paling dekat dengan hatiku, aku sedang dan sibuk menunggu waktu saat akan kau menyentuhnya..


LailaSabrina

Minggu, 07 Maret 2010

LailaSabrina

LailaSabrina
 

SEPATU - SEBELAS IPA 7
MATAULI

masii ingat dunk ma foto inii ???
masii kontrofersikah ???

Sabtu, 06 Maret 2010

dimensiMU

Coba lihat disisi kiri tetrahedron itu.
Sepertinya sudutnya tampak lebih tumpul dari biasanya. Aneh !
Aduh.
Sial ! Besok hari terakhir penyerahan benda unik 3 dimensi itu.
aku tak berulah dan tak berniat mengutak atik barang yang ku kenal dari istilah matematika itu.
Ku biarkan sampai dia merubah wujudnya sendiri.
Sang mentari telah kembali keposisi awalnya.
Sempat letih aku menunggu pergeserannya.
Tapi yasudalah !
Bagaimana aku ini ? Sitetrahedron belum beres. Berlalu aku secepat pelari asal Kenya, yang belum berapa lama ini kudengar beritanya. Memijaki setiap ruas keramik yang mulai tampak tua dan kusam.
Seakan benda matematika itu mau melarikan diri.
Beruntungnya aku masih mendapati dia diposisi yang tidak berpindah meski mungkin 1cm pun.
Tapi tunggu dulu ! Coba ku menatap tajam kearah pemandangan yang membuatku bingung kemarin. Sepertinya ada yang ganjil, aku terus memperhatikan sudut kiri benda matematika favoritku itu.
Setelah serabut.serabut otakku mengirim impuls kepusat otakku, barulah aku menyadari bahwa tidak tampak lagi keanehan disitu.
Sudutnya telah terukur sempurna. Tetrahedron terteliti yang pernah ada.
Kubergegas meninggalkan ruang yang lusuh dan lembab itu.
Kukira aku akan mendapat ceramah panjang dari seorang yang cukup kukagumi karna kecerdasannya. Seiring aku menjatuhkan langkah 1 per 1 ketanah, otakku masih menyimpan pertanyaan besar.
Zat apa atau makhluk seperti apa yang begitu sempurnanya membuat benda matematika favoritku itu tampak lebih baik.
Tiba.tiba ku dikejutkan suara lantang didepan sana. Bärrie !
Ia pak.
Kataku cepat. Ternyata kusudah sampai ketempat yang hampir setiap saat kusinggahi itu.
Kenapa kau terlambat ?
Sudah kuduga pasti itu kalimat kedua yang ia katakan padaku. setelah memanggil nama khasku yang diciptakan oleh sosok yang sangat bertanggung jawab.
Sembari mencari alasan yang tepat aku pun langsung menjawab.
Tadi aku terlambat bangun pak.
Ku terpaksa mengatakan alasan klasik itu. Yang aku sendiri benci dengan kalimat itu.
Kulihat wajahnya memerah, yang tampaknya sedang menyiapkan kata.kata makian kepadaku.
Tapi tersentak matanya menatap tajam kearah tangan kananku tepat 30cm didepannya.
Dan langsung diraihnya benda unik 3 dimensi itu dari tanganku.
Ini sungguh pekerjaan yang sangat amat memuaskan. Kau seorang yang bertanggung jawab. Aku bangga memiliki murid sepertimu. Katanya lembut namun tegas. Yang tadinya prediksiku ia akan mengeluarkan kata ribut yang mungkin pedas.
Syukurlah. Pikirku.
Aku harus banyak berterimakasih kepada siapapun yang telah mengubah nasibku siang itu.
Pandanganku langsung merambat kearah horizontal, kira.kira 1 meter didepanku, tepat disisi pohon [ yang aku tidak tahu bahasa latinnya ] itu.
Dia tersenyum hangat padaku. Dan mengirim sinyal yang dapat kusimpulkan bahwa dia sosok yang ku harus banyak berterimakasih. "DIA" bagian dari hidupku.
Dan aku mulai sadar sekarang, dia mendukung, melindungi, dan menginginkan yang terbaik untukku.
"TERIMAKASIH MALAIKAT TERWIBAWAKU"


15:03
kamis.29.10.09